Harianradar.com, Ngawi – Bertempat di lokasi pasca kebakaran hutan ukir bayi petak Petak 31-a Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Ngetrep, Bagian Kawasan Pemangkuan Hutan (BKPH) Lawu Utara Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo Kabupaten Ngawi.
Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Lawu Ds menerima tim dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam rangka kunjungan lapangan melihat bekas kebakaran hutan dan Lahan untuk mengetahui secara langsung dan memastikan sudah padam. Jumat (13/10).
Hadir dalam acara, Kepala Departemen Pengelolaan Sumberdaya Hutan (SDH) dan Produksi Divisi Regional Jawa Timur Gunawan Sidik Pramono, Staf Ahli Menteri (SAM) Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) bidang Industri dan Perdagangan Internasional, Novia Widyaningtyas, Dandim 0805/Ngawi Letkol Arm Didik Kurniawan, Administratur KPH Lawu Ds Agus Ahmad Fadoli beserta jajaran, Relawan dan instansi terkait lainya.
Kegiatan kunjungan lapangan Kementerian LHK di Kabupaten Ngawi tersebut dalam rangka Supervisi paska kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) Gunung Lawu, serta untuk mengetahui kondisi hutan yang terbakar juga untuk mendukung mensport semua tim lapangan yang masih menyisir area ilaran memastikan api benar sudah padam.
Dalam paparannya, sebelum kelapangan Administratur KPH Lawu Ds Agus Ahmad Fadoli menyampaikan potensi hutan yang menempati di 5 ( lima ) Kabupaten yaitu kabupaten Ngawi dengan keluasan 5.277,10 Ha, Madiun dengan keluasan 4.236.00 Ha, Magetan dengan keluasan 5.719,40 Ha, Ponorogo dengan keluasan 34.616,90 Ha dan Pacitan dengan keluasan 2.073,00 Ha Total keseluruhan 51.922,40 Ha.
”Kami juga mengucapkan terima kasih atas kunjungan kerja dari Kementerian LHK untuk melihat secara langsung kondisi pasca kebakaran hutan saat ini,” terang Agus.
Agus berharap semoga upaya selama ini yang sudah dilakukan dalam menangani Karhutla baik di Kabupaten Ngawi dan Magetan dapat segera selesai padam total.
“Kami akan terus menyiagakan petugas lapangan dan terus akan selalu koordinasi dengan instansi terkait,” tutupnya.
Staf Ahli Menteri (SAM) Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) bidang Industri dan Perdagangan Internasional, Novia Widyaningtyas menyampaikan Penanganan karhutla di Jawa beda dengan luar Jawa. Di Jawa karhutla dipengaruhi oleh fisik, geofisik dan social danpPencegahan perlu mendapat porsi besar.
“Kami mengapresiasi Pemetaan dan evaluasi oleh Perum Perhutani yang sudah dilakukan mulai dini. Melihat kejadian Karhut terakhir tahun 2018 sampai sekarang kejadian karhutla tahun 2023 penyebabnya bisa bahan bakar dari tanah gambut menumpuk sehingga memicu kebakaran kembali. Kebakaran hutan dan lahan ( Karhutla ) masih menjadi pekerjaan rumah ( PR ) bersama, baik dari pihak pemerintah swasta, maupun masyarakat, agar tidak terulang lagi, sehingga Indonesia bisa mengurangi jumlah emisi karbon secara optimal,” ucapnya.
Novia berpesan dalam pengendalian karhutla harus melalui 3 komponen, yakni pencegahan, penanggulangan dan penaganan pasca-Karhutla.
“Kita juga harus terus melibatkan Masyarakat Peduli Api (MPA) Instansi terkait. Sekali lagi kami sangat mengapresiasi sinergi Stakeholder dengan Perhutani dalam penanganan Karhutla.
Kita berharap semoga terus terjalin kerja sama antara Perhutani, TNI/Polri, BPBD, BNPB, Instansi terkait lainnya serta masyarakat dalam menjaga hutan. Semoga api di Gunung Lawu padam seterusnya,” tutupnya .