Bangkalan-Tradisi Lisan merupakan aktivitas khas di daerah Pesisir Selatan Madura, khususnya Kecamatan Kwanyar dan sekitarnya yang dapat diapresiasi sebagai sebuah kebudayaan yang hampir punah, Padahal tradisi tersebut kaya akan nilai-nilai yang dapat dimanfaatkan baik untuk pendidikan formal maupun nonformal.
Pengembangan tradisi ini berbasis pada riset, pemahaman, dan penghormatan terhadap kebudayaan. Namun seiring berjalannya waktu tradisi Lisan ini sudah mulai terlupakan oleh generasi z.
Tradisi Lisan ini berbahasa Madura dan biasa dilaksanakan di kampung- kampung oleh kelompok santri kampung (Langgar), untuk aktivitas ini rutin digelar pada hari Rabu malam Kamis, sehingga masyarakat menamainya Ngemis. Riset ini dilaksanakan di MI Hidayatul Islam, Batah Barat, Kecamatan Kwanyar, Bangakalan Madura, 06 September 2024.
Menurut Muhlis al firmany, (Peneliti Tradisi Lisan Ngemis) Tradisi ini merupakan produk kebudayaan suatu kelompok yang diwariskan secara turun-menurun. “Usianya bisa puluhan hingga ratusan tahun. Didalamnya kerap terkandung nilai-nilai warisan leluhur dan pakem yang seharusnya tidak boleh diabaikan,” kata Muhlis.
Terang Muhlis, Konsep dari kegiatan penelitian Tradisi Lisan _Ngemis_ ini adalah penelitian dengan melakukan pendokumentasian, pencatatatan, kemudian pengkajian yang akan menghasilkan rekaman audio visual dari informan pelaku tradisi lisan.
“Rekaman itu mewakili populasi dari seluruh jenis, kelompok, dan sebaran
tradisi lisan di Madura, yang berbahasa Madura,” tuturnya
Tak hanya itu, Nantinya rekaman itu akan dijadikan sebagai bahan utama dalam penelitian, dan diharapkan dapat mendukung pemahaman terhadap konteks kajian. Capaian luarannya, diantaranya publikasi media masa cetak dan online, video dokumentasi penelitian, cetak buku, dan HAKI.
“Oleh karena itu,Sebagai penerus pewaris kebudayaan daerah harus siap menjaga dan melestarikan budaya tradisi lisan (Ngemis) agar tidak punah, karena kita harus memiliki rasa cinta dan bangga pada budaya sendiri,” imbuhnya.