Surabaya, 28 Oktober 2025 — Pembangunan jalan paving baru lebar 6 m dan saluran 40/60 dengan cover 2 sisi di Kepatihan GG X, Surabaya, RT02/RW02, Proyek Kegiatan Pemberdayaan Kelurahan Alun-alun Contong, Kecamatan Bubutan Surabaya, dari hasil tim investigasi teknis harianradar menemukan indikasi kuat adanya kesalahan konstruksi serius pada salah satu struktur beton U-ditch yang terlihat banyak pecah dan membuat lubang-lubang tikus, dikarenakan para pekerja melubangi secara manual.
Kegiatan Pemberdayaan Kelurahan Alun-alun Contong dikerjakan oleh Pelaksana Kontraktor CV. Bangun Mega Perkasa dan Konsultan Pengawas CV. Putra Singaraja. Hasil pengamatan dilapangan menunjukkan kerusakan berat pada permukaan beton berupa retakan, lubang besar, dan bagian dinding yang terkelupas, bahkan sebagian beton tampak hancur hingga memperlihatkan rongga dalam.
Dari hasil investigasi yang diverifikasi, tampak jelas beton mengalami keropos (honeycomb) di beberapa titik. Selain itu, terdapat pipa yang menembus langsung struktur beton tanpa pelindung atau sleeve, menyebabkan retakan tambahan di sekitar area lubang. Material beton terlihat tidak padat dan mudah rontok, mengindikasikan mutu yang jauh di bawah standar perencanaan.
“Kalau dilihat dari teksturnya, ini bukan masalah usia bangunan, tapi murni karena pengerjaan yang buruk. Campurannya tidak homogen dan vibrator mungkin tidak digunakan,” ujar salah satu tenaga ahli konstruksi yang dimintai pendapat oleh harianradar di lokasi.
Indikasi kesalahan pelaksanaan pekerjaan
Lubang pipa dibuat setelah beton mengeras, bukan dipersiapkan dalam desain awal, mengakibatkan kerusakan struktural tambahan.
Kurangnya pengawasan teknis (quality control) oleh pihak kontraktor maupun konsultan pengawas.
Kerusakan jenis ini berpotensi menurunkan daya dukung struktur hingga 40% dari kekuatan desain.
Selain mempercepat korosi pada tulangan baja, kondisi tersebut bisa berujung pada kegagalan struktur lokal (local failure) yang berbahaya bagi lingkungan sekitar.
“Kalau ini bagian dari dinding penahan atau parapet jalur pipa utama, bahaya sekali. Air bisa masuk ke dalam tulangan dan mempercepat karat. Lama-lama retaknya bisa merembet ke seluruh sisi,” tambah pakar tersebut.
Kerusakan tersebut menimbulkan pertanyaan besar
Apakah ini akibat kelalaian kontraktor pelaksana, atau pengawasan lemah dari pihak konsultan dan instansi terkait?
Dampak lingkungan terhadap warga dan pedagang
Warga dan Pedangan kecewa bekas tanah galian karena dari awal proyek dikerjakan belum juga di angkut.
“Saya bener-bener sangat kecewa terkait tumpukan bekas tanah galian di sisi selatan kampung tak kunjung diangkut sejak start pekerjaan dan sangat menggangu aktivitas para pedagang dan warga. Padahal sudah disampaikan ke pekerja, anehnya lagi dari awal pelaksana dan pengawas proyek tidak pernah ada,” kata warga dan pedagang yang tidak mau disebut namanya.
Menurutnya, Apalagi saat ini memasuki musim hujan kemarau atau kondisi berangin, tumpukan tanah kering dapat menghasilkan debu yang signifikan. Debu ini dapat menyebar ke lingkungan sekitar, mengurangi kualitas udara, dan menyebabkan masalah pernapasan bagi warga sekitar.
“Adanya penumpukan tanah bekas galian yang tidak langsung diangkut, kami atas nama warga sangat khawatir kalau dibiarkan terlalu lama bisa menimbulkan berbagai masalah lingkungan sekitar,” ucapnya dengan nada kesal.
Kerusakan struktur seperti yang terjadi tersebut menjadi cermin lemahnya kontrol mutu proyek infrastruktur perkotaan. Jika prinsip dasar itu diabaikan, maka hasilnya bukan hanya pemborosan anggaran — tapi juga ancaman keselamatan publik.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak pengelola maupun pelaksana proyek. Namun, masyarakat sekitar berharap agar pemerintah kota segera melakukan inspeksi teknis mendalam agar kejadian serupa tidak terulang pada proyek-proyek publik lainnya.
Reporter & Editor: Moch Holil