Dalam satu tahun terakhir, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mencatat telah menangani lebih dari 3 juta konten negatif di internet. Angka ini menunjukkan masih besarnya tantangan dalam menjaga ruang digital Indonesia agar tetap sehat, aman, dan produktif.
Data periode 20 Oktober 2024 hingga 19 Oktober 2025 mencatat sebanyak 3.048.994 konten negatif berhasil ditangani. Dari jumlah itu, 2.373.352 konten didominasi oleh praktik perjudian online, 611.797 konten berbau pornografi, serta 25.395 konten terkait penipuan daring. Selebihnya meliputi pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI), penyebaran hoaks, ujaran kebencian, terorisme, radikalisme, hingga pencemaran nama baik.
Melihat fenomena ini, Anggota DPD RI asal Jawa Timur, Dr. Lia Istifhama, mengajak generasi muda khususnya Generasi Z untuk turut membangun ruang digital yang lebih bersih, cerdas, dan beradab.
“Ruang digital adalah cermin karakter bangsa. Di era ketika mayoritas Gen Z menghabiskan waktunya di media sosial, tanggung jawab mereka bukan hanya menjadi pengguna aktif, tetapi juga penjaga moral digital,” ujar Lia yang akrab disapa Ning Lia.
Menurutnya, menjaga dunia maya dari konten negatif bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Partisipasi publik, terutama generasi muda, menjadi penentu arah kualitas peradaban digital Indonesia.
“Bijak bermedia sosial berarti berani menolak sensasi, hoaks, dan ujaran kebencian. Gen Z punya daya pikir kritis dan kreativitas tinggi, maka energi itu perlu diarahkan untuk hal-hal produktif seperti literasi digital, inovasi sosial, dan konten edukatif,” imbuhnya.
Senator Jatim yang dekat dengan Gen Z itu mengatakan pentingnya etika digital (digital ethics) sebagai fondasi peradaban baru di dunia maya. Ia menilai, tantangan terbesar bukan sekadar melawan algoritma atau konten beracun, tetapi membangun kesadaran kolektif untuk menjaga nilai dan moralitas di ruang publik virtual.
“Kebebasan berekspresi bukan berarti bebas dari tanggung jawab. Setiap unggahan adalah jejak nilai. Maka, bersihkan ruang digital bukan karena aturan, tapi karena kesadaran,” tegasnya.
Ajakan Ning Lia sejalan dengan semangat Gerakan Nasional Literasi Digital yang dicanangkan pemerintah. Ia berharap Gen Z dapat menjadi agen perubahan digital, yang tidak hanya mengonsumsi informasi, tetapi juga menciptakan narasi positif tentang kemanusiaan, toleransi, dan kemajuan bangsa.
“Dengan populasi digital Indonesia yang terus tumbuh, maka ciptakan dunia maya yang tidak hanya viral, tapi juga bermakna,” kata putri KH Maskur Hasyim tersebut.