Ketika dunia anak-anak kian terperangkap layar gawai dan budaya digital, Bengkel Muda Surabaya (BMS) menghadirkan sesuatu yang menyejukkan: teater musikal anak “Hikayat Anak yang Sombong.”
Pementasan ini akan digelar pada Sabtu dan Minggu, 11–12 Oktober 2025 pukul 19.30 WIB di Gedung Balai Budaya, Kompleks Balai Pemuda Surabaya.
Repertoar ini diadaptasi dari legenda Sunda, Sangkuriang, yang sarat pesan moral tentang kesombongan dan penghormatan kepada orang tua. Namun, kali ini kisah itu dikemas dengan nuansa musikal anak, perpaduan antara dialog, nyanyian, gerak serta unsur dolanan tradisional.
“Pementasan seperti ini semakin langka di Surabaya. Kami ingin membuka kembali ruang bermain yang mendidik, bukan hanya menghibur,” ujar Heroe Budiarto, sutradara sekaligus Ketua Umum BMS.
Sejak 2018, BMS bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Surabaya mengembangkan Teater Anak BMS. Program ini menjadi sarana pembelajaran karakter bagi anak usia sekolah dasar hingga menengah pertama. Mereka diajari disiplin, kerja sama dan keberanian tampil di depan publik.
Beberapa karya yang lahir dari kelompok ini antara lain “Sawunggaling Anak Dunia” (2019), “Jaka Jumput Tanding” (2021), “Merdeka Negeriku” (2022), dan “Dolanan Yuk” (2022). Kini, lewat “Hikayat Anak yang Sombong”, BMS kembali menanamkan moral dengan cara yang lembut namun bermakna.
Pertunjukan tahun ini menampilkan kembali suasana masa kecil yang sederhana melalui permainan seperti sepur-sepuran dan lagu-lagu berbalas. “Kami ingin mengingatkan bahwa permainan tradisional mengajarkan kebersamaan dan empati. Anak-anak modern butuh ruang seperti itu,” tambah Heroe.
Sebelumnya, pementasan ini sempat tertunda akibat situasi tidak kondusif pada 30 Agustus lalu. Namun, semangat anak-anak BMS tak surut. Mereka justru semakin berani dan tekun berlatih.
“Kami senang anak-anak mendapat pengalaman yang tak diajarkan di sekolah,” ujar salah seorang wali murid.
Menurut Ndindy Indiyati, manajer produksi BMS, teater anak bukan sekadar tontonan. “Ia adalah tuntunan agar budaya lokal tetap hidup di hati anak-anak,” ujarnya.
Lewat kisah dan musik yang ceria, “Hikayat Anak yang Sombong” menghadirkan pembelajaran moral yang relevan di tengah dunia yang serba cepat. Bahwa rendah hati dan menghormati orang tua adalah nilai yang tak lekang oleh zaman. (Red)
“Hikayat Anak yang Sombong”: Teater Anak BMS Hidupkan Kembali Nilai Moral Lewat Dongeng Nusantara
