Surabaya, – Sebuah ikatan kuat kemitraan strategis terjalin antara Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Jawa Timur dan perwakilan legislatif. Dalam pertemuan hangat yang penuh substansi di kantor Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Jawa Timur pada Senin (6/10) sore, IMM Jatim secara tegas menyatakan komitmennya untuk menjadi mitra solutif dan strategis pemerintah dalam mengawal kebijakan publik.
Pertemuan penting yang dimulai tepat pukul 16.00 WIB ini dihadiri oleh jajaran penting pengurus IMM Jatim. Tampak hadir di antaranya Devi Kurniawan (Ketua Umum), Akhlis Nastainul F. (Ketua Bidang Hikmah, Politik, dan Kebijakan Publik), M. Syahrul R. (Sekretaris Bidang Hikmah, Politik, dan Kebijakan Publik), Mumtadz Zaid bin Tsabit (Ketua Bidang Media), serta beberapa pengurus lainnya, yang disambut langsung oleh Anggota DPD RI, Neng Lia Istifhama.
Dalam suasana dialogis, mahasiswa membawa empat poin aspirasi krusial yang menyentuh berbagai sektor, mulai dari isu pendidikan, informasi publik, hingga agenda nasional.
Aspirasi tersebut meliputi penolakan pembatasan kuota mahasiswa di kampus berstatus PTNBH, dorongan untuk kehadiran media validasi informasi Jawa Timur melalui Instagram @jatim24jam, serta persiapan agenda besar Tanwir Nasional IMM di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada 29 Oktober 2025.
Tanwir Nasional ini, yang merupakan forum tertinggi kedua setelah Muktamar Muhammadiyah, direncanakan akan dihadiri oleh tokoh-tokoh penting negara seperti Wakil Presiden, Kapolri, Gubernur Jatim, dan Pangdam V/Brawijaya. Poin terakhir, IMM Jatim juga siap menggelar diskusi strategis tentang isu Makan Bergizi Gratis (MBG), BUMD, dan industri rokok.
Neng Lia Istifhama, dalam sambutannya, menyampaikan apresiasi mendalam atas kepercayaan yang diberikan kepada Jawa Timur sebagai tuan rumah Tanwir Nasional IMM.
“Kita bersyukur Jawa Timur dipercaya menjadi tuan rumah Tanwir Nasional IMM. Ini bukti kepercayaan nasional terhadap teman-teman IMM Jatim, sekaligus tanggung jawab besar untuk berkolaborasi dengan pemerintah,” ujar Lia.
Senator perempuan ini lantas menegaskan esensi peran mahasiswa sebagai mitra konstruktif, dan bukan pihak yang konfrontatif terhadap kebijakan pemerintah. Menurutnya, kritik yang disuarakan dengan niat baik adalah wujud nyata kepedulian terhadap kemajuan negeri.
Mengambil contoh program unggulan pemerintah, Lia menyoroti pentingnya pengawalan terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG).
“Program besar seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) perlu terus dikawal dan dievaluasi. Kita dukung penuh gagasan Presiden Prabowo Subianto, karena ini program mulia untuk menekan gizi buruk dan menggerakkan UMKM lokal. Tapi evaluasi itu penting agar pelaksanaannya makin aman dan berkualitas,” ujarnya.
Lia juga menyinggung sejumlah persoalan teknis di lapangan, seperti kasus keracunan makanan di Bojonegoro dan Ngawi. Ia menilai, kasus tersebut muncul akibat lemahnya pengawasan dapur massal.
“Bayangkan satu dapur untuk 3.000 anak, tentu berisiko jika kebersihan tidak terjaga. Itu sebabnya kita butuh kontrol yang disiplin, bukan menyalahkan, tapi memperbaiki,” tegasnya, dengan nada empati yang menuntut perbaikan sistemik.
Lebih lanjut, Lia Istifhama menekankan vitalnya menjaga komunikasi publik agar masyarakat terhindar dari jebakan hoaks dan provokasi yang berpotensi mengganggu stabilitas sosial.
“Kalau masyarakat merasa tidak dipedulikan, mereka bisa berbalik. Maka komunikasi yang empati dan media yang valid jadi kunci. Kita ingin masyarakat merasa diperhatikan, bukan ditinggalkan,” tambahnya, menggarisbawahi pentingnya keterbukaan dan rasa peduli dalam interaksi pemerintah dengan rakyat.
Di sisi lain, Ketua Umum IMM Jatim, Devi Kurniawan, menyambut tantangan ini dengan menegaskan kesiapan organisasinya untuk menjadi kontrol sosial yang cerdas dan partner strategis pemerintah. Devi memastikan bahwa IMM Jatim akan berkontribusi tidak hanya melalui aksi jalanan, tetapi juga dengan menghadirkan gagasan serta solusi konkret.
“Mahasiswa tidak pernah turun dengan cara anarkis. Kalau IMM turun, pasti ada orasi, naskah ideologis, dan teaterikalnya. Kami berjuang lewat pikiran dan etika,” tegas Devi, memperjelas identitas pergerakan IMM yang berlandaskan intelektualitas dan etika.