Surabaya, Harianradar.com – Bentuk kepedulian terhadap sesama merupakan budaya seluruh rakyat Indonesia, karena persatuan dan kesatuan bangsa sepertinya merupakan harga mati yang tidak boleh ditawar-tawar lagi dan tidak boleh hilang dari bumi pertiwi.
Dengan budaya gotong-royong sebagai ciri bangsa Indonesia yang harus selalu dipertahankan. Hal ini merupakan bentuk nyata solidaritas sosial dalam kehidupan masyarakat. Setiap warga negara yang terlibat di dalamnya memiliki hak untuk dibantu dan juga berkewajiban untuk membantu. Disini terdapat azas timbal balik yang saling menguntungkan.
Dalam aksi penggalangan dana untuk korban bencana alam yang digalang suporter Persebaya Surabaya, Bonek Mania terpaksa berakhir lebih cepat.
Disebabkan karena aksi mereka yang berlangsung di perempatan Kertajaya dibubarkan oleh Satpol PP Kota Surabaya, Sabtu (23/1/2021), sekitar pukul 17:00 wib.
Menurut, hal itu dibenarkan oleh kelompok suporter Persebaya, Green Nord 27, Husain Ghozali bahwa aksi sosial teman-teman Bonek dibubarkan.
“Betul, teman-teman ada aksi penggalangan dana darurat bencana, sering kali dibikin sulit, harus ada izin dan lain-lainnya. Padahal kami sudah berkomunikasi dengan Polrestabes,” kata Husain Ghozali.
Husain menambahkan, jika rekan-rekan, Bonek sendiri lebih memilih meminta izin kepada pihak kepolisian karena proses izin dari Satpol PP Surabaya diklaim cukup berbelit dan susah.
“Karena kami pernah minta izin ke Satpol PP, Namun dapat dipasti bakal lama, padahal kami butuh cepat agar dana ini cepat sampai. Makanya kami tidak lakukan lewat Satpol PP,” jelasnya.
Walaupun aksi kemanusiaan ini dihentikan Satpol PP, kemungkinan rekan-rekan Bonek akan kembali melakukan penggalangan dana di sejumlah perempatan lokasi lain.
“Kami terus lanjutkan aksi penggalangan dana ini untuk bentuk kepedulian sesama, jangan kira karena Satpol PP kami berhenti, justru kami tambah kencang dan semangat,” terangnya.
Untuk diketahui, Informasinya, dana yang terkumpul dari aksi penggalangan Bonek sudah mencapai 40 juta dan akan segera disalurkan untuk korban di daerah yang terdampak bencana.
“Budaya ini, cukup lama kita bangun karena suatu kehidupan bangsa ini agar lebih baik, hidup penuh kedamaian dan kegotong-royongan sebagaimana nenek moyang kita dahulu. Hidup rukun, bergandeng tangan, bekerja bersama dan saling tolong-menolong serta saling menghargai satu sama lain dalam mencapai tujuan hidup berbangsa dan bernegara,” ungkapnya.
(Edi)
